Sunday, August 2, 2015

Islam Nusantara Berkemajuan

Media Indonesia, Jum'at, 31 Juli 2015
Penulis: Cahya Mulyana, Adhi M Daryono

TEMA Muktamar Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah hampir senada. NU mengambil tema: Meneguhkan Islam Nusantara untuk peradaban Indonesia dan dunia, sedangkan Muhammadiyah: Gerakan pencerahan menuju Indonesia berkemajuan. Kedua tema bernapaskan kepedulian dan toleransi melintasi golongan, suku, etnik, dan agama.

Kepedulian seperti apa yang dimaksudkan, Cahya Mulyana dan Adhi M Daryono dari Media Indonesia mewawancarai Ketua Umum Pengurus Besar NU Said Aqil Siradj serta Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin secara terpisah.

Apa dasar NU mengambil tema Islam Nusantara dalam muktamar ke-33 ini?Tema besar Muktamar Ke-33 NU di Jombang tanggal 1-5 Agustus merupakan gagasan yang akan terus dibumikan. Itu bukan Islam aliran baru, melainkan Islam yang dibawa Walisongo, yakni Islam yang melebur dengan budaya, melebur dengan tradisi. Islam yang hidup berdampingan dengan khazanah. Itu tidak bertentangan dengan Islam, seperti nujuh bulan, selametan 1 hari, 7 hari, 40 hari, dan 1.000 hari. Kita lestarikan, kecuali yang jelas-jelas bertentangan dengan Islam seperti khamar, seks bebas.

Islam yang dibawa Walisongo itu artinya apa?Islam yang datang kemari itu Islam yang ramah, santun, Islam yang sinergi dengan budaya. Itu menjadikan hasilnya luar biasa. Islam Nusantara yang berhasil mencuri hati masyarakat Indonesia dan budaya tetap lestari sampai hari kiamat. Insya Allah.

Apa bedanya dengan Islam yang di Timur Tengah?Islam di Timur Tengah dulu banyak disebar dengan pedang dan menghilangkan budaya setempat seperti bahasa. Berbeda dengan Islam Nusantara yang datang ke sini di antara ribuan tradisi, budaya, agama, dan suku. Jika datang ke sini dengan kekerasan, tentu Islam tidak sebesar ini. Faktanya hanya 50 tahun dari 1450 sampai 1500, Walisongo bisa menyebarkan Islam di tengah kekuasaan Sriwijaya, Majapahit, kolonial, dan imperium. NU sebagai kelanjutan Walisongo pada dasarnya akan terus menyebarkan Islam Nusantara dengan corak dan napas ajaran Walisongo. NU akan terus melestarikan Islam toleran, Islam yang berdampingan dengan budaya. Bukan Islam keras yang melancarkan sikap ego dan melakukan kekerasan, baik terhadap sesama muslim maupun kepada bukan muslim.

Apa asas Islam Nusantara?Salah satu asas yang kita pegang untuk menjaga dan melestarikan Islam Nusantara ialah laa iqroha fiddzin. Tidak ada paksaan kepada siapa pun untuk menjalankan peribadatan dan harus beragama Islam.  Itu ceritanya seorang dari suku Hazroz memiliki dua anak Nasrani. Setelah orang itu bertemu Nabi Muhammad dan kembali ke rumah, ia mengajak kedua anaknya masuk Islam. Jika menolak, anaknya akan dibunuh. Dari situ turunlah ayat tadi dengan maksud tidak ada paksaan kepada siapa pun untuk masuk Islam, dan melarang adanya kekerasan dalam beragama. Itulah NU yang akan terus membumikan Islam Nusantara dengan segala agenda termasuk toleransi, antikekerasan, dan melestarikan budaya.

Apa bentuk riil Islam Nusantara?
Kita akan memperkuat Islam Nusantara untuk mempertahankan pribadi era globalisasi. Islam Nusantara bisa mewarnai globalisasi dan buktinya ide NU membumikan Islam Nusantara (katanya) menjadi wacana yang didiskusikan di PBB. Itulah kenapa, Islam Nusantara dinilai beda dengan Islam di Somalia, Afghanistan, Mesir, Irak, atau Suriah yang mudah tersulut konflik aliran yang tidak berkesudahan. Berbeda dengan Islam Nusantara yang dipegang NU dengan salah satu agendanya meningkatkan dan menjaga toleransi antar dan luar Islam. Melalui toleransi, meskipun ada konflik seperti di Sampang, Nusa Tenggara dan tempat lain tidak meluas dan mudah dilerai.

Bagaimana hubungan Islam Nusantara dengan pemerintah? Islam Nusantara tetap mengawasi dan memberi masukan kepada pemerintah. Saya sering bertatap muka langsung dengan kepala negara. Masukan yang NU berikan bukan berarti mendukung dan berkoalisi. Kemudian saya juga sering mengkritik (pemerintah) dengan dasar untuk perbaikan, bukan untuk melengserkan dan lain sebagainya.

Apakah Anda kembali mencalonkan diri menjadi Ketua PBNU 2015-2020?Insya Allah. Jika diberikan amanah, saya siap. Ketika saya dipilih menjadi ketua umum dalam Muktamar Ke-30 NU di Makassar, saya katakan selama 5 tahun itu akan membangun lima universitas NU. Nyatanya 24 universitas NU terwujud, 54 SMA dan semua lembaga NU bergerak seperti Lazis NU, Maarif. Bendahara NU terbuka untuk umum dan bisa dilihat hasil audit eksternal dengan nilai A.

Muktamar NU dan Muhammadiyah hampir bersamaan, apa tanggapannya?Selamat muktamar bersamaan dan semoga muktamar ini memberikan kesuksesan dan maslahat buat Muhammadiyah dan semuanya.(T-1)

------------------------------------------

Apa dasar Muhammadiyah mengambil tema Gerakan pencerahan menuju Indonesia berkemajuan?Temanya sangat jelas dan tegas yang merupakan komitmen Muhammadiyah untuk meneguhkan visi keislaman sekaligus ingin memantapkan peran kebangsaan dalam mewujudkan Indonesia berkemajuan. Indonesia yang berkemajuan itu ialah visi kebangsaan Muhammadiyah. Itu ditetapkan oleh pendiri bangsa menjadi bangsa yang adil, makmur sejahtera, berdaulat, dan bermartabat. Sekarang Muhammadiyah ingin memantapkan gerakan itu sebagai gerakan dakwah pencerahan. Oleh karena itu, hasil muktamar Makassar akan menjadi amanah bagi kepemimpinan Muhammadiyah. Tidak hanya di pusat, tetapi sampai ke bawah. Dakwah pencerahan itu akan semakin mantap berkontribusi untuk Indonesia berkemajuan. Temanya saja sudah seperti itu. Pada 2015-2020 Muhammadiyah akan tampil menjadi leading sector masyarakat madani di Indonesia. Adanya Indonesia yang berkemajuan.

Apa masalah bangsa yang akan dibahas?Persoalan negara Pancasila, itu materi tersendiri. Isu strategis dalam tiga gatra keumatan, kebangsaan, dan kemanusiaan universal serta keberagaman yang moderat.

Apa saja terkait dengan keumatan?Misalnya substansialisasi agama, meningkatkan daya saing umat, membangun budaya hidup bersih, melayani kelompok disabilitas, tanggap bencana, budaya egalitarian dengan sistem meritokrasi. Mengatasi krisis air dan energi, memaksimalkan fokus demografi, membangun masyarakat ilmu, jihad konstitusi, perubahan iklim, perlindungan kelompok minoritas, dan mengembangkan teknologi komunikasi.

Apa kebijakan strategis muktamar kali ini?Pertama, peneguhan status negara Pancasila atau visi negara Pancasila. Oleh Muhammadiyah sebagai sesuatu yang ideal dan final. Muhammadiyah ke dalam akan menumbuhkan program-program yang mewujudkan itu. Program-program Muhammadiyah dirancang secara konsepsional dan sistematis berdasarkan prinsip rencana strategis, seperti rencana strategis 2020. Besok itu dalam rangka visi 2020. Yang kedua, pikiran untuk dijadikan rekomendasi kepada bangsa dan pemerintah.

Seperti apa posisi Muhammadiyah terhadap pemerintah?Muhammadiyah dari dulu mempunyai watak dasar gerakan masyarakat yang berorientasi pada perubahan kultural. Karena itu, kami tidak terlibat dalam politik kekuasaan, tetapi menjalankan politik moral. Khitah Muhammadiyah sudah dirumuskan tahun 1971 dalam muktamar di Makassar. Pada intinya, Muhammadiyah tidak mempunyai hubungan organisatoris dengan dan struktural serta tidak berafiliasi dengan partai politik tertentu. Gerakan kami bukan pada perubahan struktural. Sekarang, setelah 45 tahun berselang, muktamar lagi di Makassar, dan kami kembali meneguhkan hal itu. Jadi, hubungan kami dengan pemerintah tetap memberi kontribusi. Sebab, Indonesia ialah tempat kita berjuang. Pada dasarnya Muhammadiyah itu proporsional, jika pemerintah baik, Muhammadiyah mendukung. Jika pemerintah tidak baik, kami tidak segan-segan mengkritik. Ini manifestasi dari amal ma'ruf nahi munkar.Kontribusi apa yang akan disampaikan Muhammadiyah untuk bangsa dan negara?Muhammadiyah dari waktu ke waktu, dari muktamar ke muktamar selalu meneguhkan komitmen kepada bangsa, komitmen kebangsaan. Kami merealisasikan komitmen itu dalam program-program yang sejatinya beririsan dengan program pembangunan bangsa. Muhammadiyah sangat menyadari dirinya elemen masyarakat madani yang berjuang untuk bangsa Indonesia.

Terkait kerukunan umat beragama, bagaimana pandangan Muhammadiyah?Ya, saya rasa itu sudah menjadi wawasan Muhammadiyah. Bahkan Muhammadiyah secara nyata memimpin dan memelopori dialog dalam menciptakan kerukunan umat beragama. Visi kebangsaan Muhammadiyah ialah Bhinneka Tunggal Ika. Kita majemuk, tetapi kita harus bersatu dan menyatu serta kesediaan hidup berdampingan secara damai. Dengan penuh toleransi, kita terusik dengan adanya bentuk-bentuk intolerasi oleh siapa pun, apalagi dengan kekerasan. Terkait Tolikara, kita ada desakan secara hukum kepada pihak berwenang agar cepat mengusut. Namun di balik itu, kita mendorong tidak perlu ada reaksi berlebihan apalagi menggunakan kekerasan atas nama balas dendam yang merusak bangsa ini.(T-1)

http://www.mediaindonesia.com/mipagi/read/13882/Islam-Nusantara-Berkemajuan/2015/07/31

No comments:

Post a Comment